Selain PMN Rp7,5 triliun, Rudi juga menyoroti soal biaya operasional perusahaan.
“Garuda Indonesia berencana akan melakukan perbaikan sejumlah pesawat dari PMN, dan separuh lainnya untuk operasional perusahaan sementara hingga saat ini anggaran tersebut belum dicairkan Kemenkeu,” katanya.
“Setelah menang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, dana rakyat untuk PMN Rp7,5 triliun akan diberikan ke direksi Garuda Indonesia. Saya mau nanya, uang Rp7,5 triliun tersebut mau dialokasikan dan dipakai untuk apa?” kata Rudi dalam RDP dengan Dirut PT Garuda Indonesia, Kamis (30/6/2022).
Rudi juga mempertanyakan biaya operasional dan pengeluaran Garuda dan penjualan tiket dengan harga mahal dibanding maskapai lain seperti Lion Air dan Batik Air.
“Tiket yang kalian (Garuda) jual harusya menyamai (maskapai lain), minimal Batik Air. Dan harus bisa untung. Kalau dibilang rugi lagi, artinya direksi baru pakai manajemen lama, alias pakai mark up biaya pengeluaran. Kalau itu masih terjadi, Garuda harus dibubarkan,” ungkapnya.
Sementara menanggapi pernyataan anggota Komisi VI DPR RI itu, Direktur Keuangan Garuda Indonesia Prasetyo menjelaskan, rencana penambahan armada akan dilakukan dengan dua opsi.
Pertama dengan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PT Perusahaan Pengelola Aset, atau dengan badan usaha swasta yang ingin menghidupkan pesawat yang sedang tidak digunakan atau under maintenance dengan cara bagi hasil untuk rute selektif.
“Menunggu PMN agak lama sekitar 6 bulan, tapi opsi lain seperti mengundang sinergi dengan PT PPA. Kalau nanti disepakati kita akan diskusi lagi,” kata Prasetyo.
Artinya, jelas Prasetyo, jika ada rute pilihan untuk pesawat yang disepakati untuk kerja sama, nanti hasilnya akan digunakan untuk melunasi bunga dan jaminannya.
Sedangkan, opsi kedua ditawarkan kerja sama operasi dengan pihak swasta.
“Kita tawarkan ke swasta yang mau membiayai, lumayan returnnya,” jelasnya.
Prasetyo menjelaskan kondisi keuangan Garuda mengalami tekanan yang berat dua tahun terakhir pandemi, di mana traffic penumpang mengalami penurunan tajam.
“Pandemi dua tahun terakhir Garuda mengalami tekanan berat, dari revenue drop hampir 70 persen. Diikuti tambahan utang yang cukup besar dan membaik pada April lalu saat Hari Raya,” katanya. ***