LEBAK,SOROSOWAN.CO.ID – Aktivitas kendaraan pengangkut material untuk pembangunan Jalan Tol Serang-Panimbang (Serpan) dikeluhkan sejumlah guru di SDN 1 Bojongleles, Kecamatan Cibadak.

Para guru setempat terpaksa memindahkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) para siswa ke ruang perpustakan, karena ruang kelas yang biasa digunakan tidak lagi nyaman karena kerap dilalui kendaraan besar pengangkut material proyek.

Kepala SDN 1 Bojongleles Suheri mengaku, hampir setiap hari kendaraan proyek jalan Tol Serpan melintas di depan ruang kelas. Sehingga, KBM terganggu dan keselamatan para siswa pun juga terancam.

“Ruang kelas itu posisinya pas di pinggir jalan yang menjadi akses ke lokasi proyek. Jadi kalau ada mobil besar melintas, terdengar suara gemuruh seolah bangunan ruang kelas mau ambruk,” kata Suheri kepada sejumlah wartawan di ruang kerjanya, Kamis (6/10/2022).

Ia meyakini, aktivitas kendaraan proyek yang hilir mudik di depan sekolah membahayakan para siswa. Apalagi pada saat istirahat, karena para siswa biasa bermain di luar ruang kelas.

“Kami khawatir dengan situasi ini. Misalnya, terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kendaraan terbalik hingga menimpa para siswa saat belajar,” kata Suheri.

Ia mengakui, penggunaan jalan poros desa yang ada di depan sekolah oleh pelaksana proyek pembangunan jalan Tol Serpan atas seizinnya.

Namun, kata Suhaeri, dirinya tidak menyangka jika jalan tersebut akan digunakan oleh kendaraan proyek yang tonasenya lebih besar, tidak sebanding dengan kapasitas jalan.

“Saya nggak tahu jika akan seperti ini. Soalnya dulu bilangnya kalau yang lewat itu hanya kendaraan kecil. Tapi sekarang ada mobil yang bawa paku bumi segala. Kalau dulu tahu akan seperti ini, saya nggak mungkin memberikan izin,” ujarnya.

Suhaeri tak membantah, pada 15 Juni 2022 lalu sempat dilaksanakan kerja sama izin penggunaan jalan poros desa tersebut.

Berita acara itu, katanya, disepakati kedua belah pihak, dari pelaksana proyek ditandatangani Manager Kontruksi Jalan Tol Serang-Panimbang Punto Bangun Wicaksono dan dari pihak sekolah diwakili dirinya.

“Adanya perjanjian itu memang benar, tapi dikira tidak akan separah ini. Makanya, uang Rp500 ribu yang katanya sebagai biaya kerahiman pun kini masih saya simpan, nggak saya gunakan sama sekali,” sesalnya.***[custom-related-posts title=”Berita terkait” none_text=”None found” order_by=”title” order=”ASC”]

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini